Thursday, March 12, 2020

Artikel Politik- OMNIBUS LAW Itu Poison Pill Apa Solusi ya?

OMNIBUS LAW ITU POISON PILL APA SOLUSI YA?

Saya mendukung upaya indonesia menjadi berdaulat, terutama berdaulat ekonomi. Upaya omnibus law yang akan membuat regulasi tumpang tindih bisa di overrule dengan omnibus law kok membuat saya berfikir ulang.

Saya setuju peraturan pusat, daerah, kementrian, UU parlemen, peraturan pemerintah banyak konsletnya. Karena itu perlu sebuah aturan yang meng over rule atau bisa melangkahi semuanya.

Ini kepala saya kok jadi agak kleyengan ya?

Sebenernya ini ide siapa ya menggunakan omnibus law sehingga strategi yang di pakai adalah meng-over rule atau ada aturan di atas aturan. Sehingga statusnya “pemegang mandat omnibus law” yang jadi “kuat” dalam hal ini pemerintah. Ada bener nya.

Mungkin karena kebanyakan di dunia gelap sehingga otak analisa saya ke arah “threat” atau ancaman.

Makanya saya mendalami lagi mengapa ekonomi indonesia harus di i=omnibus law kan?

Otak saya menggiring pada sebuah pemahaman klasik yang tumbuh di pemerintah di 5 tahun pertama dan sekarang. Yaitu ekonomi tumbuh jika ada FOREIGN DIRECT INVESTMENT, FDI.

Karena itu untuk meningkatkan FDI, omnibus law akan di terapkan. Ahhhh, ini toh dasar pemikirannya. Mulai faham saya.

Bahkan berita hari ini bikin jantung saya hampir copot ketika pejabat negara mengatakan “asing boleh kelola ASET NEGARA”. Mucrat minuman teh saya keluar dari mulut saya. Kok bisa mengatakan hal itu ya?

Pasal 33 UUD itu kekayaan alam di kuasai negara, dan itu aset negara, dan itu boleh di kelola asing, JAGAD DEWA BRATA  kok bisa bisanya ngomong begitu. Segitu tidak percaya dirinya sama anak bangsa atau memang doktrin FDI sudah menjadi ideologi pejabat pemerintah ya. Harus dapat karpet merah, di puja puji tuh investasi asing.

Alasan klasik nomor dua adalah indonesia ngak punya uang untuk investasi karena itu harus ngutang. Walah dalah kok gitu ya ngurus negara.

Jauh jauh hari kita mengatakan dalam modern ekonomic concept, menggunakan M.M.T solusinya. S.W.F tanpa hutang solusinya. T.I.N.A solusinya. Itu 3 hal sudah di bombardir selalu saya seorang yang ngaku sontoloyo.

Samapai sekarang saya masih bingung dengan ide foreign direct investment, begini kebingungan saya mengapa mereka di specialkan.

Investor itu mikirnya simple, pengen modal kembali secepat cepatnya, untung segede gedenya, resiko sekecil kecilnya.

Mau negara nya rugi kek, mau SDM nya ngak di pake kek, ngak urusan. Kalau perlu aturan negara tersebut di ubah supaya menguntungkan mereka. Ehmm sebentar sik sik..

“kalau perlu aturan negera tersebut di ubah supaya menguntungkan mereka” ini kata kata kok saya kenal ya. Khan ada di journal china foregn policy yang judulnya “ china 3 warfare”.

The first of the “Three Warfares,” media or public opinion warfare, attempts to shape public opinion both domestically and internationally.

The second warfare attempts to influence foreign decision-makers and how they approach China policy.

The third seeks to shape the legal context for Chinese actions, including building the legal justification for Beijing’s actions and using domestic laws to signal Chinese intentions. Its call “ China legal warfare” strategy.”

Maaf saya tidak menterjemahan perkalimat. Sahabat menterjemahkan sendiri. Apa kira-kira isi dari kebijakan luar negeri china ini. Apakah Omnibus law itu pesanan mereka? Apakah kita sudah memakan jebakan mereka? Apakah kita belum masuk perangkap? Atau sebaliknya, kita sudah kejebak dan tinggal di gigit? . Mudah-mudahan saya salah lagi, kapan sih saya pernah bener? . #peace


Tuesday, March 3, 2020

Artikel Bisnis - Tugas Utama Pemimpin Bisnis

TUGAS UTAMA PEMIMPIN BISNIS

Chamath Palihapitiya. Mungkin tidak banyak yang mengenal namanya, apa lagi julukannya “Charlie foxtrot” dare devil entrepreneur pengusaha gila. Namanya saat ini sangat di hormati salah satunya dia menemukan sebuah rumus psikologi social yaitu tentang keinginan manusia untuk “exist”, terkoneksi, yang menyentuh hak dasar manusia bahwa semua manusia di ciptakan sama hak nya.

Rumus itu men-destruct merusak tatanan baku dunia social media. Sewaktu dirinya mempresentasikan ide nya, maka seorang pemimpin visioner seperti Mark Zukerberg pun bersedia merombak ulang facebook. Inilah yang terjadi di tahun 2008. Sehingga dalam 1 tahun, di tahun 2009 dari 50 juta pengguna facebook meningkat 750 juta membernya. Dia sendiri bergabung di FB tahun 2005 sebagai VP engineering yang dalam 3 tahun mengusulkan perubahan radikal, membongkat FB ala sosmed terdahulu menjadi baru, yaitu apa yang kita pakai FB sekarang ini.

Saat ini Chamath Palihapitiya sudah tidak bersama facebook lagi namun sudah menjadi seorang venture capitalist yang besar, yang dia bangun selagi dirinya masih bekerja di facebook.

Apa  yang dilakukan oleh  Chamat Palihapitiya sebenarnya? Dia melkukan perusakan destruksi terhadap simtem yang ada. Kita semua tahu bahwa “DESTRUCTION IS JOB NO.1” (before the competitor does it to us). “Merusak adalah pekerjaan utama!” Itu adalah kata-kata provokatif dari Tom Peters, pakar manajemen yang visioner, sekitar 10 tahun lalu.

“Tugas utama pemimpin bisnis adalah MERUSAK bisnis.” Sekilas pernyataan itu gendheng. Tapi coba kita lihat, pernyataan Tom satu dekade lalu itu kini terbukti benar adanya.

Menurut  Tom, kini seorang pemimpin bisnis memang tak cukup lagi hanya piawai membangun bisnis, ia juga harus piawai “MERUSAK” bisnis. Steve Jobs piawai “merusak” Apple dari Apple 1.0 yang hampir bangkrut menjadi Apple 2.0 yang gagah perkasa dengan iPod, iPhone, atau App Store-nya. Di Indonesia kita punya Ignatius Jonan yang piawai “merusak” KAI 1.0 yang lelet menjadi KAI 2.0 yang gesit. Helmy yahya merusak TVRI 1.0 yang kuno dan tidak menarik dalam 2 tahun menjadi naik 300% share ratingnya seperti saat ini menjadi TVRI 2.0

Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang dulu hebat seperti Kodak, GM, Nokia, atau Sony terus-menerus babak-belur mengalami kemunduran karena tak kunjung menemukan CEO yang mampu “merusak” fondasi model bisnis yang kini sudah tak relevan lagi. Karena itu seorang CDO (“Chief Destruction Officer”) kini adalah sosok yang paling diburu perusahaan-perusahaan di seantero jagat raya.

Yang sering kita dengar salama ini tentu adalah Chief Executive Officer, Chief Financial Officer, Chief Operating Officer, atau Chief Marketing Officer. Eh… kini ada binatang baru lagi namanya Chief Destruction Officer.
Ini bidang langka, bidang yang hanya dimiliki beberapa prang saja di dunia ini, di indonesia mungkin saat ini hanya 3 orang saja yang telah membuktikan ke piawaiannya pak Dahlan Iskan, Jonan dan Helmy Yahya

Kembali ke destruksi perusak. Dari arti harafiahnya saja sangat aneh dan “nggak nyambung”. Destruction artinya “perusakan” atau “penghancuran”. Jadi, kalau CEO bertugas mengelola seluruh strategi dan operasi perusahaan; CFO mengelola keuangan perusahaan; CMO membangun strategi pemasaran; lha si CDO ini tugasnya “menghancurkan” perusahaan.

Sekilas memang gendheng. Mari pelan-pelang kita coba mencernanya.

Lanskap bisnis sekarang ini bergerak dengan kecepatan tinggi secepat kecepatan cahaya: “chaotic”, “radical”, “turbulent”, volatile”, “uncertain”, “unpredictable”, dan masih banyak lagi istilah yang digunakan untuk menggambarkannya. Lanskap bisnis yang bergerak dengan super cepat ini  bukannya tanpa resiko dan bahaya. Bahayanya sangat-sangat besar.

Mau contoh? Layanan surat pos “mati” dimakan killer app baru seperti email, WA, dan ATM. Kodak yang lebih seratus tahun perkasa kemudian “dihabisi” oleh layanan photo sharing yang diberikan perusahaan start-up anak kemarin sore seperti Instagram. Toko kaset legendaris Aquarius Mahakam di Blok M tutup “dibunuh” platform baru seperti iPod-App Store, podcast,

Untuk bisa survive di tengah perubahan yang kaotik tersebut kuncinya terletak pada satu kata: “PENGHANCURAN”. Untuk sukses di era light-speed changes Kita tak boleh segan-segan menghancurkan sendi-sendi kesuksesan masa lalu kita: “break with the immediate past”. Kenapa? Karena barangkali formula dan sendi-sendi kesuksesan tersebut sudah tak relevan lagi sekarang.

Ke depan bagaimana dnegan bisnis anda para sahabat? Kalau bisnis modelnya tidak cocok lagi dengfan masa kini dan kedepan segera hancurkan kemudian membangunnya kembali menjadi organisasi yang sama sekali baru. Kita tak perlu ragu untuk “menghabisi” model bisnis lama yang sudah tak relevan lagi dengan yang lebih baru dan fresh. Kapanpun, kita harus siap dan tak segan-segan melakukan creative destruction… penghancuran secara kreatif.

Saya ulangi lagi, Hancurkan MODEL BISNIS LAMA yang tidak relevan lagi sekarang!!!

Kita semua tahu efek virus korona dan perang dagang berkepanjangan indonesia bisa masuk ekonomi sulit, itu  bisa kapan pun datang dan terus “mengintai”, tanpa sinyal, tanpa pemberitahuan, maka creative destruction haruslah menjadi “keseharian” operasi perusahaan kita. Organisasi kita, orang kita, sistem yang kita bangun, budaya perusahaan kita, haruslah memiliki kapasitas dan kepiawaian untuk melakukan creative destruction.

Sahabat semua sehubungan dengan hal ini,  dengan hormat saya mengundang Anda untuk bergabung di CEO Mastermind bersama Helmy Yahya, Gita Wirjawan dan Sandiaga Uno. Kita melakukan terobosan sekarang. Kita ambil sebagai peluang!!! Kita harus kuasai ekonomi dan bisnis di masa krisis. Sekali lagi, Waktunya adalah sekarang. Kita bersama sama bergabung dengan  Jago nya TRANFORMASI BISNIS ini  untuk meledakan bisnis anda meningkat 300%.

***


Cerpen - Caraka

  CARAKA Oleh : Paulus Eko Harsanto   Hana caraka, data sawala Padha jayanya, maga bathanga *** Engkau percaya dengan berbagai b...