Sunday, September 8, 2019

Sejarah Hidup Paulus Eko Harsanto







Double Brace: WHO AM I ?
Untaian Sejarah Hidup Seminaris KPA Tahun 2011-2012 
 Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan – Magelang


Aku dan Keluargaku a

            Namaku adalah Paulus Eko Harsanto yang kemudian dikenal dengan sebutan Eko dilahirkan pada tanggal 26 April 1993 lebih detailnya  pada hari Senin Kliwon, pukul 05.00 WIB di BKIA  Janglot Baturetno. Lahir dengan selamat dengan rambut keriting dan mempunyai “tai lalat” di pipi. Aku adalah anak sulung dari keluarga sederhana di daerah Wonogiri yang seluruhnya dikaruniai 2 orang anak. Ayahku bernama Agustinus Karmin dan ibuku bernama Theresia Hartini. Bagiku, ayahku  adalah sosok teladan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakterku saat ini. Beliau bagiku adalah pejuang sejati. Tetapi tidak terduga dan terbayang dalam benakku, di saat aku membutuhkannya ayahku meninggal dunia. Beliau meninggalkanku sewaktu aku masih duduk di kelas VIII SMP, yaitu  pada tanggal 3 Januari 2007 karena penyakit yang menyerangnya. Beliau menderita tekanan darah tinggi, stroke, asam urat, rematik, liver dan  masih banyak lagi. Sebelum meninggal beliau sempat dirawat di Rumah Sakit Maguan Husada selama kurang lebih 1 bulan didampingi oleh ibuku. Satu kenangan sewaktu di Rumah Sakit Maguan yang paling aku ingat adalah sewaktu adven. Dalam tidurnya, beliau berkata bahwa telah berjumpa dangan orang-orang yang berjubah dan berpakaian putih serba mengkilau. Dan di saat itu beliau merasakan kedamaian yang luar biasa. Tetapi mimpi almarhum itu tidak sempat terlintas dalam pikiranku bahwa sebenarnya orang-orang yang berpakaian putih itu adalah malaikat yang akan menjemput ayahku pulang ke pangkuan-Nya. Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Maguan selama kurang lebih 1 bulan ini, beliau lalu dirawat di RSUD Wonogiri selama kurang lebih 1 bulan dengan menggunakan kartu JPS dari pemerintah. Yang telah setia merawat ayahku selama di Wonogiri adalah ibu, om Karju dan Pakde Karno, mereka semua adalah  anggota dari keluargaku. Apabila ada waktu aku menjenguk ayahku dan berdoa bersama dengan beliau di ranjang tempat tidurnya dan  didampingi ibuku. Peristiwa itulah yang sangat membuat aku sangat terharu dan seakan – akan jika aku mengingat saat-saat itu aku ingin menangis. Di mana saat itu aku merasakan kasih sayang dan kekeluargaan yang begitu mendalam. Saat itu pula, beliau berpesan kepadaku seperti ini, “Eko anakku sekolahe sing bener yo  bapak  pesen yen mbesuk kowe wis gedhe, kowe dadi wong sing apik, sumeh, mbangun miturut karo kabeh uwong, lan sapi-sapine, wedhus-wedhuse, sepeda motore, omahe kabeh digunakake kanggo mulyakne Gusti, ojo dilalekne sembahyange, dijogo awake, bapak tresno!”[1] kata ayahku dengan penuh kerendahan hati dan menyentuh hatiku. Dan pesan inilah yang tertanam kuat dalam diri ku untuk semakin ingin berkembang untuk membahagiakan almarhum ayahku dan ibuku yang sekarang ini menemaniku dan mendoakan aku. Setelah itu dokter menyatakan bahwa ayahku sudah bisa dibawa pulang dan akhirnya aku, ayahku dan ibuku pulang ke Platar dengan menggunakan mobil angkot mini dan sesampainya di sana tetangga-tetanggaku menyambutnya. Saat itu pula aku telah bisa bergembira lagi bersama ayahku dan cerita – cerita bersama beliau. Setelah merasakan kegembiraan dan kekeluargaan yang begitu mendalam aku mulai sadar bahwa aku dulu telah mengecewakan mereka baik yang mereka ketahui maupun tidak mereka ketahui dengan berulah yang tidak baik. Jika aku ingat kembali kenakalku dulu sewaktu aku masih kecil yaitu saat aku duduk di Sekolah Dasar, kenakalan yang aku buat antara lain : bermain sampai malam, bermain Playstation (PS) yang sebenarnya dilarang oleh ibuku, mencuri uang hasil dagangan ibuku, mencuri uang ayahku, mencuri mangga dan tebu milik tetangga bahkan uang milik tetangga, membohongi orang tua, merokok, melihat gambar porno di koran lorokan almari milik ibuku, sering ngambek dan mengurung diri di kamar dan mengunci semua pintu rumah sehingga ayah dan ibuku tidak bisa masuk hingga akhirnya mereka kehabisan kesabaran kemudian mengundang para tetangga untuk mendobrak dan membuka pintu sehingga bisa masuk. Saat itu aku telah membuat keributan dan mengundang perhatian para tetanggaku hingga akhirnya aku sendiri yang malu dan memukuli ibuku dengan tangan. Selain itu, tidak jarang apabila istirahat sekolah aku sering pulang dan makan sampai kenyang hingga akhirnya aku pernah ditegur oleh guruku karena datang ke sekolah terlambat. Tidak hanya itu, aku suka berkelahi dengan teman-temanku apalagi jika mereka yang memulai untuk memanas-manasi aku. Tidak jarang pula jika para tetanggaku mengancam dan menakut-nakuti aku bahwa aku akan disidang oleh warga karena kenakalanku. Tetapi ancaman dan gertakan itu tidaklah aku gubris. Pernah juga satu pengalaman sewaktu mempersiapkan komuni yang pertama, saat itu aku menerima pelajaran dari katekis lingkunganku yaitu Bapak Sumarno. Karena aku malas untuk ikut pelajaran itu, aku dan teman – teman berniat untuk membolos dan bermain kartu saja. Aku tidak mengikuti pelajaran tetapi aku menggunakan waktu itu untuk bermain kartu di rumah temanku yaitu Tutud. Setelah itu pulang dan berpura-pura bahwa aku telah mengikuti pelajaran calon komuni itu. 
            Melihat kenakalanku itu, ayahku tetap sabar dan tidak pernah memarahiku. Berbeda dengan watak ibuku. Di dalam keluargaku yang paling aku takuti adalah ibuku. Tak segan-segan beliau menghukum aku jika aku ketahuan nakal. Pengalaman diseblak, dijewer, dicethot membuat aku tidak pernah membantah ibuku dan takut padanya. Tetapi kini aku sadar bahwa dengan didikan orang tuaku seperti itu telah membentuk kepribadianku saat ini.
Masa-masa aku masuk Sekolah Dasar
Masa – masa aku masuk Sekolah Dasar (SD) aku terkenal siswa yang sangat nakal sekaligus paling bandel. Tidak jarang jika aku dipanggil guruku ke kantor untuk mendapatkan nasihat dan peringatan. Guru yang terkesan galak di sekolahku adalah Bapak Tarno. Setiap aku berhadapan dengan beliau aku tidak berani untuk membantah. Pengalaman yang paling konyol adalah sewaktu guru kelas II marah besar dengan murid-murid kelasku, beliau tidak segan – segan menghantamkan tongkat kayunya yang sering dibawanya ke bangku belajarku. Tidak hanya itu beliau juga pernah melemparkan penghapus kapur kepadaku karena jengkel dan marah kepadaku, sampai- sampai aku tidak berani mengucap kata satupun. Kemarahan itu terjadi karena aku tidak mendengarkan pelajarannya tetapi malah bermain lempar-lemparan kertas dan kerikil dengan temanku. Ditambah lagi sewaktu SD aku jarang untuk belajar. Waktu untuk belajar pun aku gunakan untuk bermain bola apalagi sewaktu jam pelajaran kosong, kesempatan bagiku untuk bermain bola bersama teman-temanku di lapangan karena kebetulan sekolahku dekat dengan lapangan sepak bola.
Masa- masa SD aku jalani dengan penuh kenakalan dan sering membuat ibuku marah. Kemudian aku naik kelas III dan yang masih ku ingat saat aku kelas III adalah aku suka meminjam buku perpustakaan dan sengaja tidak kukembalikan. Bagiku itu unik sekali hingga buku – buku milik sekolah menumpuk di rumahku. Aku ingat juga saat itu aku memiliki musuh. Dia baru saja masuk di sekolahku (pindahan dari sekolah luar) dan membuatku iri karena dia pintar. Aku mengajak teman – temanku yang lain untuk memusuhinya dan menjauhinya. Tetapi tidak lama kemudian kami baikan dan mulai tumbuhlah persahabatan di antara kami. Lalu naik ke kelas IV, di kelas IV aku merasakan perubahan dalam diriku. Aku mulai gemar mengikuti kegiatan – kegiatan sekolah, gereja, dan lingkungan. Kenakalan – kenakalanku dan kebiasaan burukku mulai dapat aku kendalikan karena aku mulai takut dengan ibuku. Kemudian aku naik ke kelas V, di kelas V aku belajar bersama Bapak Sumarsono. Kelas V adalah kelas yang sangat mengesan bagiku. Di kelas V itulah aku banyak dikenalkan dengan budaya jawa yaitu seni tari, lukis, musik tradisional Jawa, tembang- tembang Jawa dan masih banyak yang lain. Beliau sangat perhatian dan baik padaku dan teman-teman. Beliau tidak jarang pula mengirim aku dan teman- teman untuk mengikuti lomba antar kecamatan dan antar sekolah di sana. Banyak pengalaman yang aku dapatkan saat aku kelas V. Aku merasakan diriku tumbuh menjadi lebih baik walaupun masih terkadang melakukan kesalahan tetapi tidak separah waktu kelas II. Kemudian aku naik kelas VI bersama teman – temanku. Waktu itu jumlah siswa di kelas VI sebanyak 16 orang. Pengalaman yang masih membekas adalah di kelas VI suasana kelas menjadi penuh dengan persaingan dan tidak jarang apabila sampai ada yang bertengkar karena persaingan di kelasku sangat kuat. Saat itu apabila aku bukanlah siswa yang tergolong pintar, aku langganan mendapat peringkat 8 di kelas. Namun beberapa kali pernah masuk 5 besar. Jujur waktu kelas VI aku jarang belajar tetapi lebih suka bermain, mencari rumput, bermain layang-layang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Saat itu aku gemar pula bermain catur dan musuhku adalah guruku sendiri yaitu Bapak Th. Sutarno. Beliau adalah musuh terberatku, walaupun banyak yang mengatakan beliau itu guru yang galak dan tidak segan- segan menghukum, tetapi aku merasakan kenyamana jika bersamanya. Banyak waktu – waktu kelas VI SD aku habiskan belajar bersama beliau karena juga beliau adalah wali kelasku dan pelatih bulu tangkis di sekolahku. Hampir setiap sore aku dan temanku Ardi bermain di rumahnya. Disana tidak hanya bermain bulu tangkis dan bermain catur saja tetapi sering diajak makan dan Lutisan. Hingga pada akhirnya aku lulus melanjutkan ke jenjang SMP.
***

Masa-masa aku masuk SMP
Masa-masa SMP tidak kalah menariknya dengan masa SD. Di SMP  Pangudi Luhur Giriwoyo tepatnya. Di sana ku mendaptkan teman baru yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Dari mereka aku belajar banyak. Kenangan selama MOS aku dihukum push up oleh kakak-kakak OSIS sebanyak 50 kali. Sungguh pengalaman itu tidak terlupakan karena selama di SD tidak ada kegiatan push up. Kemudian aku belajar bersama – sama teman – teman di kelas VII A dengan wali kelasku yaitu Ibu L. Eko Setyani. Aku masih ingat sewaktu aku kelas VII itu, aku mengalami dua kali jatuh cinta. Yang pertama adalah cewek kelas X C, biasa aku memanggilnya  Evi  dia sangat cantik dan mungkin tidak hanya aku yang menyukainya. Perasaan itu hanya aku pendam saja karena begitu lugunya aku. Cewek yang kedua adalah teman Kelompok Kor Angel Voice Of Danan. Waktu itu aku juga ikut dalam kelompok itu. Saat aku pertama kali menyukainya, dia masih kelas VI SD. Mereka telah membuat aku semangat dalam belajar di SMP. Kemudian aku naik ke kelas VIII dengan wali kelas yang sama. Di kelas VIII ku mulai In  di dalam mengikuti kegiatan – kegiatan. Di SMP aku tergolong siswa yang sangat gemar mengikuti semua kegiatan. Tidak satupun ekstrakurikuler di SMP yang aku lewatkan karena aku percaya nantinya akan bermanfaat. Karena saking banyaknya kegiatan yang aku ikuti, membuat aku sering pulang sore dan sakit karena kecapaian. Tetapi yang menjadikan aku semangat adalah karena ibuku sangat mendukung aku dan menyemangati aku untuk aktif dalam kegiatan agar waktu-waktu luang dapat terisi oleh kegiatan yang baik. Pada saat menjelang tes Semester II di kelas VIII, ada satu peristiwa yang sungguh membuat aku down dan kurang harapan.
***

Tuhan telah mengubah hidupku…
Peristiwa ini terjadi sewaktu aku masih duduk di kelas VIII, yaitu sewaktu setelah keluargaku bisa berkumpul, tiba-tiba esok hari ayahku kejang-kejang, perutnya mengeras dan seperti orang yang akan meninggal, aku tidak bisa apa-apa hanya dapat mendekatinya dan memegang tangannya. Tetangga-tetanggaku datang berkerumun ke rumahku dan berusaha untuk membawa ayahku ke rumah sakit lagi untuk mendapatkan pengobatan. Saat itu ibuku sedang mencuci dan aku memberitahunya dengan keadaan sedih dan khawatir kalau – kalau ibu malah pinsan setelah aku beritahu tentang hal ini. Dengan berani aku memberi tahunya dan ibuku syok saat itu. Kurang lebih 2 jam setelah ayahku dibawa kerumah sakit, tiba-tiba ada kabar melalui Hand Phone pakdheku, bahwa ternyata ayahku telah dipanggil Tuhan. Beliau meninggal di Rumah Sakit di Solo. Pada waktu  itu  aku merasakan kekeringan harapan dan kesedihan yang mendalam yang membuat aku kurang percaya diri lagi. Suatu peristiwa yang tidak terbayang dalam pikiran dan hatiku. Tersenyum lebar pun susah bagiku, apalagi jika saat penerimaan raport di sekolah yang diterimakan oleh wali murid, aku cengeng tidak terasa meneteslah air mataku saat aku melihat temanku yang dipeluk ayahnya dengan penuh kasih sayang karena aku rindu akan kebersamaan bersama ayah. Dan sewaktu itu aku masih ingat, “ Kowe ora dhewekan eko, kowe isih duwe mamak, bapak ibu gurumu, kancamu, simbahmu, ojo nangis ojo sedhih  to!”[2] kata guruku dan sahabat-sahabatku sesaat setelah melihat aku berkelinang air mata. Guru-guruku sewaktu SMP memang sangat perhatian padaku, memori yang masih aku ingat adalah Bruder Stephanus, Ibu Ani, Ibu Sriyarsih, Bapak Totok, Ibu Lina dan sahabatku yaitu Bayu, Triwiyanti, Sigit. Di saat keadaanku sedang drop, mereka menghiburku dan menyemangatiku.
        Dengan peristiwa itu, ternyata Tuhan telah mengubah hidupku 180 %. Semenjak ayahku meninggal dunia, Tuhan telah mengetuk pintu hatiku untuk berubah. Aku sadar bahwa aku ini adalah seorang pendosa besar dan merasa dirubah oleh Tuhan. Tuhan telah menyadarkan aku dengan meninggalnya orang yang sangat aku cintai, dia adalah ayahku Bapak Agustinus Karmin. Di saat aku merasa kesepian dan sendiri, Tuhan berbisik melalui angin yang berhembus saat itu untuk memberitahuku bahwa aku tidak boleh menyerah dan berputus asa karena masih akan ada harapan dan rencana Tuhan yang lebih besar untukku. Di saat – saat kesepianku itu aku semakin merasakan akan kasih sayang ibuku, guruku, teman-teman dan sahabat-sahabatku yang tidak bosan untuk menghiburku. Jika aku akui bahwa aku ini memang cengeng dan tidaklah sesuai dengan kenakalanku sewaktu aku masih kecil. Aku menjadi orang yang perasa dan mudah tersentuh atau sakit hati jika ada sesuatu yang menghantam hatiku. Dan mulai saat itulah aku mulai dipaksa untuk merefleksikan setiap perkataan orang, emosional, lebih percaya pada hati yang berkata dan menekuni semua pekerjaan atau kegiatan yang aku rasa aku bisa untuk melakukannya. Kini aku merasa berbeda dengan dulu, yang dulu berulah semauku sendiri tanpa memperdulikan orang lain dan tampa memperdulikan apakah itu baik atau buruk dan sekarang aku berulah dengan diarahkan oleh hati nurani dan melihat dan memperhatikan orang di sekitarku apakah perbuatan itu baik atau buruk. Tidak heran banyak temanku yang merasakan adanya perubahan dalam diriku baik perkataan maupun perbuatan. Itu pertanda bahwa mereka memperhatikan aku dan bertanya kepadaku, “Kowe tek bedo ko?.”[3]
***
           Akhirnya aku dapat menyelesaikan masa-masa kelas VIII dengan baik. Kemudian aku naik ke kelas IX dan berlajar bersama teman- teman yang tersaring dalam kelompok orang – orang pintar. Hal ini di maksudkan untuk mempersiapkan ujian nasional. Jujur saat itu aku sangat minder karena aku merasa akulah yang paling lemah diantara teman- temnku yang pintar itu. Tetapi bruder, bapak dan ibu guruku meneguhkanku, tidak hanya itu menurut pendapat wali kelasku dan guru-guruku yang lain prestasiku cukup baik sehingga aku pantas untuk masuk kelas itu. Akhirnya karena persahabatan dan kekeluargaan diantara kami sangat kuat, aku merasakan nyaman dan dibantu oleh teman – temanku.
           Masa – masa kelas IX adalah masa yang paling menyenangkan dan sekaligus paling menegangkan. Waktu kelas IX, semakin banyak kegiatan yang aku ikuti. Mulai dari ikut Majalah Dinding (Mading), Karawitan, Speaking, Koor, Band, Bulu tangkis dan yang paling seru adalah ikut Pramuka. Pramuka adalah kegiatan yang paling aku sukai sejak SD. Aku merasa senang dan dapat berkembang melalui Pramuka. Di pramuka banyak nilai – nilai yang ditanamkan kakak pembinaku kepadaku. Mulai dari baris-berbaris aku diajari untuk tertib, nyanyi-nyanyi aku diajari untuk percaya diri, permainan aku diajari  untuk kompak dan konnsentrasi, haling rintang aku diajari untuk peka tahan banting dan kreatif dalam menyelesaikan masalah, wiyata mandala atrau bersih-bersih aku diajari untuk peka akan lingkungan dan merawat alam ciptaan Tuhan, Naik gunung aku diajari untuk tangguh dan tidak putus asa, wide game aku diajari untuk mengenal masyarakat di sekitar dan menyapa mereka, kemah baik di sekolahan (Persami) maupun kemah ditingkat kecamatan dan kabupaten aku diajari untuk belajar hidup dalam komunitas dan belajar untuk hidup mandiri. Aku masih ingat aku pernah berkemah di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo salama 3 hari, kemah di SMP Pangudi Luhur Giriwoyo selama 2 hari, kemah di Tirtomoyo selama 3 hari, kemah di lapangan Giriwoyo selama 3 hari dan masih banyak lagi yang alain yang berhubungan dengan alam dan pramuka. Kegiatan-kegiatan itulah yang menbentuk kepribadianku saat ini. Melalui kegiatan-kegiatan itu aku juga ditantang untuk berani bersaing dan melihat lebih luas lagi. Dan saat – saat yang paling menegangkan adalah sewaktu ujian nasional. Untung saja di sekolahku ada program karantina sehingga kegiatan belajarku dapat terarah dan aku mendapatkan banyak tutor di situ. Pelaksanaan ujian nasional bagiku tidaklah biasa, hal ini karena aku melihat kakak kelas angkatan di atasku ada yang tidak lulus. Tetapi hal ini secara tidak sadar membuat aku semakin terpacu untuk bisa belajar lebih giat. Akhirnya aku mengikuti ujian dengan lancar begitu pula teman-temanku yang lainnya. Kurang lebih satu bulan setelah ujian nasional, lalu perpisahan dan pengumuman hasil ujian. Aku masih ingat sewaktu perpisahan aku diminta untuk pidato bahasa jawa di depan dan disaksikanoleh teman-teman serta para wali murid. Senang rasanya dapat menampilkan apa yang bisa aku berikan untuk mereka. Saat ituyang sangat disayangkan adalah ibuku tidak hadir melainkan kakekku. Ibuku sedang melahirkan dan terpaksa tidak dapat menerimakan hasil ujian anaknya. Aku sempat kecewa, namun aku percaya ibu tetap  mencintai aku. Akhirnya setelah surat tentang kelulusan diterimakan oleh kakekku, lalu surat itu diberikan kepadaku. Sungguh bercampur aduk perasaan yang aku rasakan. Dan pada akhirnya aku dan semua teman-temanku lulus 100%. Suatu kebahagiaan yang luar biasa dan mengejutkan. Kekompakan kami, semangat kekeluargaan kami, persaudaraan kami, dan kerja keras kami ternyata berhasil. Tidak hanya aku yang merasakan hal demikian tetapi juga bruder, bapak, ibu guruku juga merasakan hal yang sama. Setelah itu aku melanjutkan ke jenjang SMA di mana yang aku pilih adalah SMA Pangudi Luhur Giriwoyo.

Mutiaraku banyak kutemukan di SMA
           SMA ini aku pilih lantaran anggapan – anggapan masyarakat bahwa SMA ini tidak sembarang SMA dan memiliki satu nilai yang tenar di masyarakat yaitu kedisiplinan. Awalnya memang aku merasakan sedikit asing dengan cara pembinaan ini. Dengan mengedepankan kedisiplinan, sekolah ini ternyata secara tidak sadar telah membuat aku memiliki prinsip. Dari yang awalnya lugu dan kurang pergaulan, namun di SMA aku menemukan teman yang baru dan kegiatang yang baru yang menarik dan membaut aku semakin berkembang. Pengalaman satu tahun yang aku dapatkan di SMA, yaitu : Pergi ke sekolah menggunakan sepeda onthel, memakai atribut saat OSPAL seperti caping, gelangdari pelepah pisang, menggendong tasdari plastik bekas, membawa dot bayi, dan memakai papan namayang semuanya serba memalukan. Datang terlambat satu menit sajakakak-kakak OSIS membentak-bentakku, aku pernah dipercaya oleh teman – temanku kelas X 3 untuk dikandidatkan sebagai ketua OSIS. Awalnya memang ada keraguan dalam diriku tetapi karena semangat dan dukungan dari Ibu Theresia Ari Dwi Utami (wali kelasku) membuat aku berani untuk menerima kepercayaan itu walaupun aku tahu resiko yang akan aku terima. Teman temanku mendukungku dan mereka membantuku dalam aku mempersiapkan orasi akbarku. Satu hal yang menarik dari apa yang aku lakukan adalah teman temanku suka dengan gayaku berorasi dengan permainan pantun dan kata – kata yang berkobar – kobar. Masih ingat satu kalimat yang aku utarakan saat itu, yaitu : Aku tidak ingin mengatakan janji-janji muluk-muluk yang omong kosong tetapi aku hanya ingin mencari pengalaman saja. Dan akhirnya di situ aku mendapatkan jabatan sebagai ketua II di kepengurusan OSIS. Suatu kebahagiaan yang luar biasa, dari yang awalnya hanya bermodalkan keberanian dan belum mendapatkan pengalaman apa – apa, aku bisa mendapatkan semua itu. Ini semua juga tidak lepas dari dukungan dan teman teman kelas X3, tetapi setelah mendapkan jabatan itu, aku harus rela untuk melepas jabatan itu karena aku dan sejumlah temanku yang lainyang tergabung dalam kelompok Paduan Suara Angel’s Voice Of Danan. Aku tidak dilantik untuk menjadi ketua II karena aku mengikuti pengambilan video klip rekaman kami. Kecewa memang, tetapi dari pengalaman itu aku di beri peneguhan dari wakasek kesiswaaku di sekolah begini, “…memang hidup ini  dihadapkan pada banyak pilihan dan kamu harus berani mengambil pilahan yang paling tepat sertaharus berani menanggung konsekwensi atau resikonya.” Perkataan dari beliau membuat aku sadar dan apabila suatu saat nanti aku akan menemukan hal yang sama aku harus bijaksana dalam mengambil pilihan yang palingtepat untukku. Pengalaman yang lain adalah saat mengikuti ekstrakurikuler Pramuka, karena aku sangat suka dengan ekstra ini aku termasuk siswa yang tergolong rajin dalam ekstra ini, banyak hal yang aku dapatkan di sana, mulai mengikuti Ulang tahun Panji Ambalan Sugiyopranoto, Diksar Gladian Pinsa dan Wapinsa, Kemah Akhir Tahun, Pelantikan Bantara dan masih banyak lagi. Masih ingat pula saat itu aku  memiliki seorang teman yang dekat sekali denganku, namanya adalah Roslani. Setiap aku mengalami sesuatu yang sekiranya dipandang wajahku tidak cemerlang seperti biasanya, dia langsung mengajaku sharing.  Jujur dia sangat perhatian padaku sampai – sampai aku pernah mengalami jatuh cinta kepadanya.
           Selama kelas X, jika dilihat dari prestasi, aku bukanlah orang yang memiliki prestasi yang unggul. Awal bulan saat aku menerima leger nilai bulan pertama hasih ulangan harianku, aku mendapatkan peringkat 24 dari 28 siswa. Sungguh malu saat itu, dan aku tidak berani memberitahu ini semua kepada ibuku. Tetapi dari pengalaman itu aku disadarkan akan pentingnya ketekunan yang telah ditanamkan almarhum ayah. Mulai dari pengalaman itu pula aku bangkit dan berusaha untuk membenahi diri dengan tujuan aku dapat membahagiakan orang tuaku. Setiap hari aku biasakan setelah pulang sekolah aku tidak tidur melainkan menyapu kemudian membaca buku kemudian sorenya meringkas pelajaran yang telah diberikan tadi saat di sekolah. Lalu malamnya aku belajar untuk esok hari. Saat menjelang tes pun aku memaksa diriku untuk belajar sebanyak mungkin agar paling tidak  aku bisa tuntas KKM, karena sekolahku bukanlah sekolah sembarangan. Sekolahku mendapatkan status Terakreditasi A dan penilaiannya pun dibuat cukup sulit. Tetapi aku suka dengan cara pembinaan ini. Terkesan oleh guruku yang paling galak dan paling kejam di sana, yaitu Bapak Y. Arip Gunawan. Beliau tidak segan-segan mencaci maki dan menghukum siswa walaupun sedikit berbuat salah. Memang awalnya sempat tidak terima dengan cara beliau mendidik, tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata caranya mendidik membuat aku menjadi mempunyai mental yang kuat dan mempunyai karakter. Selama satu tahun aku di SMA, aku merasakan kasih, perhatian, kekeluargaan, semangat cinta yang tulus, dan pengabdian serta kualitas sekolah, bruder, bapak dan ibu guru serta komunitas yang sangat bagus dan mendalam. Hal ini sangat aku rasakan ketika aku sakit tipus, teman temanku dengan jauh-jauh menempuh perjalanan menjenguk aku, konseling dari guru Bk, gertakan dan gemblengan dari Pembina OSIS sekaligus Pembina Pramukaku yaitu Ibu Ari yang membuat kenangan itu masih kental dalam memoriku. Masih ingat pula saat aku, Bobby, dan Agung Priono dipercayakan teman-temanku untuk mewakili kelas dalam lomba Trio dengan lagu Tombo Ati dan Dirgahayu Pangudi Luhur. Aku dan kedua temanku itu memberanikan diri untuk bersaing dengan musuh kakak kelas kami yang hebat dan sudah mapan pengalaman mereka. Tetapi karena dukungan dan semangat dari teman-teman akhirnya kami berhasil mendapatkan juara I. Aku sangat senang, ditambah lagi wali kelasku berjanji pada kami apabila kami bisa mendapatkan juara dalam perlombaan ini, kami akan diberi uang sepuluh ribu. Ternyata itu benar dan pengalaman itu menambah cintaku pada wali kelasku.
Masa-masa kelas XI
           Belajar di kelas XI pada umumnya sangat menyenangkan, di situ akumendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari pada di kelas X. Aku masuk kelas XI IPA dengan nama kelas USA  dengan kepanjangan United Science of Academy  dengan  jumlah siswa 29 siswa. Teman laki-lakiku 10 dan ingat sewaktu bermain sepak bola kami selalu pas dan tidak ada pemain cadangan. Di kelas XI aku banyak berlatih berorganisasi melalui kepengurusan Dewan Kerja Ambalan Sugiyopranoto. Di sana tidak hanya melatih pelajaran Pramuka kepada adik-adik penegak saja tetapi juga belajar bagaimana mengelola uang, administrasi, memimpin dan menyelenggarakan kegiatan serta membuat perencanaan yang terarah.  Didampingi oleh kakak Pembina dan dengan keberanian aku dan teman – teman bantara yang lain melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah menjadi adat ambalan ini yaitu : Long March dari Terminal Giribelah sampai Pantai Sembukan ,Ulang tahun Panji Ambalan Sugiyopranoto, Diksar Gladian Pinsa dan Wapinsa, Kemah Akhir Tahun, Pelantikan Bantara. Tidak hanya itu di kelas XI aku juga mendapat kepercayaan untuk membantu panitia SMA PL CUP yang diselenggarakan oleh sekolah melalui OSIS. Mengikuti acara-acara kerohanian di sekolah seperti aksi panggilan, tambahan pelajaran agama katolik, misa sekolah setiap satu bulan sekali dan masih ingat sewaktu kelasku mendapatkan tugas kor, kami menggunakan music keroncong dan band. Pengalaman bersama teman teman kelas XI sangat menyenangkan dengan didampingi oleh wali kelas seorang guru Biologi yang lembut dan memiliki pemikiran yang sistematis. Di kelas XI aku pernah mewakili sekolah dalam sosialisasi dampak bahaya merokok di Kabupaten Wonogiri, tergabung dalam Vocal Group SMA dan sedikit mendapatkan job untuk tampil, seperti tirakatan hari 17 Agustus di kecamatan. Selain itu yang sangat menyenangkan pula aku dan teman teman kelompok kor SMA sering pergi dan mendapatkan tugas untuk mengiringi pernikahan dan tugas gereja. Aku dan teman – teman mendapatkan seragam baru dan pastinya pengalaman baru. Dan pada akhirnya aku harus membuat karya tulis dengan tantangan tema yang tidak mudah.   Kemudian akhirnya aku selesai di kelas XI IPA, mengikuti tes Semester dan akhirnya naik ke kelas XII IPA.
Masa – masa kelas XII
           Awal masuk kelas XII aku dan teman teman merasakan suasana yang sangat berbeda lagi. Di kelas ini kami diajari untuk membangun kekeluargaan dan kekompakan yang lebih dalam lagi memalui kegiatan retret, bimbingan konseling bersama Ibu Endang, dan masih banyak lagi yang lain. Pengalaman yang tidak kalah menariknya adalah aku dan temanku dipilih sekolah untuk mewakili sekolah dan kecamatan untuk berkompetisi dalam seleksi dan pemilihan Duta Wisata Kabupaten Wonogiri. Nama temanku itu adalah Apriliani. Aku dan dia sering bolak-balik ke Wonogiri untuk mengurus administrasi serta mengikuti serangkaian acara yang telah disusun oleh panitia. Suatu ketika, kami menjalani tes tertulis dan wawancara, dan tes tersebut bagiku tidaklah mudah karena selain aku harus menjelaskan selengkap-lengkapnya mengenai pariwisata di kabupaten Wonogiri, aku juga harus berani bersaing dengan teman – teman yang banyak dan berkualitas. Kebanyakan saingan yang aku hadapi adalah para mahasiswa S1 dan S2. Mereka sudah cukup dewasa dan berpengalaman mengenai hal ini. Tetapi puji Tuhan, tidak aku duga aku dan Apriliani temanku berhasil menyingkirkan 50 orang dari 63 peserta yang ikut dalam seleksi itu. Aku dan Apriliani berhasil dalam seleksi dan tugas berikutnya adalah mengikuti Grand Final Pemilihan Duta Wisata Kabupaten Wonogiri tahun 2010 di pendopo Kabupaten Wonogiri yang disaksikan oleh para pemerintahan tingkat daerah termasuk salah duanya adalah mantan bupati dan bupati terpilih. Pelaksanaan Grand Final tersebut pada tanggal 2 Oktober 2010. Perasaan yang aku rasakan adalah sangat senang dan  bersyukur karena suatu kebanggan tersendiri mampu memberikan yang terbaik untuk sekolah dan kecamatan serta mau dan mampu bersaing dengan para mahasiswa yang sudah mahir dalam hal ini. Dalam hatiku, aku tidak terlalu berharap untuk mendapatkan juara, namun pengalamanlah yang aku harapkan. Tetapi aku tetap berusaha semaksimal mungkin agar bisa tampil yang terbaik dan apabila Tuhan menghendaki aku untuk mendapatkan juara. Acaranya sangat meriah dan kami memakai pakaian tradisional jawa. Inilah pertamaku mengenakan pakaian tradisional selama hidupku bersama seorang yang manis di depan masyarakat Wonogiri. Tidak hanya orang tuaku yang hadir dan menyemangati aku dan  Apriliani, mereka adalah bapak ibu guruku, teman-temanku, adik-adik kelasku, sahabat-sahabatku dan orang orang yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Hingga ketika namaku dan nama temanku dipanggil oleh MC untuk tampil di panggung, perasaan grogi kami hilang karena doa kami dan doa teman – teman serta pelbagai rangkaian acara yang telah aku dan April laksanakan termasuk mengumpulkan materi, membuat agenda, latihan lagu Layang Kangen, promosi SMS, mohon doa dan dukungan guna mempersiapkan segala yang akan aku tampilkan di panggung nanti. Masih ingat saat itu pertama-tama kami berkenalan. Aku memperkenalkan diriku menggunakan bahasa Jawa Kromo dan temanku April menggunakan Bahasa Inggris. Kami tampil sangat kompak dan setelah itu kami menjawab pertanyaan yang diberikan kepada kami yaitu: Apa harapan anda sebagai Duta Wisata untuk pariwisata di Kabupaten Wonogiri ini? Dan aku menjawabnya dengan lancar begitu pula Apriliani. Dan pada akhirnya setelah pengumuman temanku mendapatkan juara harapan I dan aku belum mendapatkan juara. Tetapi memauli pengalaman itu aku bersyukur karena aku sudah turut ambil bagian dalam mengharumkan nama sekolah dan kecamatanku. Pengalamanku itulah yang kemudian membawaku pada perasaan jatuh cinta. Aku mulai merasakan tertarik dengan dirinya karena seringnya kami bersama apalagi saat mempersiapkan hal – hal teknis untuk Duta Wisata serta melakukan perjalanan ke Wonogiri selalu bersama membuat rasa suka dan cinta tumbuh. Pertama kali hal ini aku rasakan sewaktu retret di Sendang Ratu Kenya. Dia memberikan lauknya saat makan kepadaku  dengan senyum yang manis dan dengan sorot mata yang berbeda dengan biasanya. Dan aku menerima lauk itu dan membalasnya dengan senyum juga. Setelah itu, kami diminta oleh guru BK untuk membuat laporan. Pada saat membuat laporan itulah aku mengungkapkan perasaanku dengan menggunakan tulisan dan ternyata dia membalas bahwa dia juga merasa suka dengan diriku. “Amin Tuhan terima kasih,” dalam diriku. Hingga perasaan itu bertumbuh dan kini menjadi kenangan yang sangat indah dalam diriku. Banyak perjumpaan dan pengalaman bersamanya. Kami dapat berjalan-jalan dan bermesraan bersama serasa aku merasakan inilah pengalaman yang paling indah dalam diriku.
           Kelas XII adalah masa – masa yang penuh dengan kebahagiaan dan sekaligus ketegangan dalam diriku. Dimana aku harus sudah mulai fokus akan ujianku dan masa depanku. Tetapi di situ aku menemukan kekeluargaan yang lebih mendalam dan yang belum pernah aku alami selama ini yaitu, saat akan Tyr Out dan Karantina serta kegiatan – kegiatan lain untuk mempersiapkan Ujian Nasionalku. Teman – temanku aku anggap sebagai sahabat dan saudara kandungku sendiri, karena mereka telah memberikan aku banyak pengalaman dan bersama mereka membuat diriku semakin berkembang dan hidup berwarna. Suka dan duka, tidak pandang cewek atau cowok, tidak pandang kaya atau miskin, tidak pandang pintar atau yang lemah mereka aku anggap sebagai satu keluarga apalagi disaat yang menegangkan yaitu Ujian Nasional. Tetapi pada akhirnya aku bersyukur angkatan kami dapat lulus 100 % dengan hasil yang baik. Pengalaman pengalaman ini sangat mengesan hingga aku merasa tidak ingin berpisah dengan mereka.
           Tidak sedikit pengalaman selama tiga tahun di SMA, dan pengalaman – pengalaman itu kini telah membentuk kepribadianku saat ini.  Pengalaman – pengalaman ini nantinya akan menjadi bekal dan mutiaraku untuk masa depanku.
***
             


[1] Eko anakku, sekolahnya yang benar  ya, bapak pesan kalau besok kamu sudah besar, kamu jadi anak yang baik, menghormati semua orang, lembu-lembunya, kambing-kambing, sepeda motor, rumah kita digunakan  untuk memuliakan Tuhan, jangan dilupakan doanya, dijaga kesehatanmu, bapak sayang.
[2] Kamu tidak sendirian eko, kamu masih punya ibu, bapak dan ibu gurumu, temanmu, nenek dan kakekmu, jangan menangis jangan bersedih to!
[3] Kamu kok beda ?

No comments:

Post a Comment

Cerpen - Caraka

  CARAKA Oleh : Paulus Eko Harsanto   Hana caraka, data sawala Padha jayanya, maga bathanga *** Engkau percaya dengan berbagai b...