aku juga harus baru…
Refleksi Libur Natal Dan Tahun Baru 2012
Oleh : Paulus Eko Harsanto (PRABU/4)
N
|
atal dan Tahun Baru kali ini adalah
“sesuatu” yang sangat menyenangkan
bagiku. Saat itulah kesempatan untuk
menikmati liburan dengan berkunjung keluarga dan kesempatan live in di Novisiat Girisonta.
Berhari-hari kesempatan ini aku tunggu, karena sudah sekian lama aku merasakan
rindu dengan orang tua. Karena terakhir kali aku bertemu dengan mereka adalah saat
libur lebaran kemarin dan selama ini mereka tidak pernah mengunjungiku di
seminari.
Libur
kali ini aku awali dengan live in di Novisiat Girisonta bersama keempat
temanku dengan harapan, panggilanku semakin mantab. Selama tiga hari dua malam,
aku menjalani live in di Novisiat Girisonta. Pertama kali
masuk novisiat, hatiku sudah merasa gelisah dan was-was, karena menurut
teman-teman, di sana itu bagaikan “neraka atau kawah candradimuka yang
mengerikan.” Mereka juga bilang bahwa kehidupan di novisiat itu sangat berat
dan membutuhkan perjuangan yang lebih. Karena itulah aku semakin tertantang dan
penasaran apakah desas-desus itu benar. Kemudian aku memberanikan diriku untuk
menjalani live in bersama teman-teman
dan berbaur bersama dengan para novis. Tujuan awalku menjalani live in adalah untuk mencari pengalaman
baru, untuk mengisi liburan Natal dan Tahun Baru, dan untuk mengenal tentang
Serikat Jesus pada umumnya serta Novisiat pada khususnya. Namun di balik tujuan
yang sederhana itu, Tuhan menawarkan nilai lebih untukku, yaitu Dia mengajaku
untuk menjadi sahabat-Nya melalui Serikat Jesus. Perjumpaan, percakapan, dan
kerja bersama dengan para novis serta pendampingan oleh para formator cukup membantuku untuk mencapai
tujuan itu. Hari pertama, aku masih merasa asing dan kurang nyaman dengan
suasana keheningan. Karena selama di Seminari, suasana di Seminari lebih banyak ramai dan sedikit
waktu untuk hening/menep. Namun dengan suasana demikian, secara tidak sadar aku
akan terbiasa untuk menjadi manusia hening dan fokus. Misalnya di sana ada
latihan penyadaran, latihan indra penciuman dengan merasakan bau-bau di
sekitar, dan latihan pendengaran. Aku belajar dan berusaha untuk lebih peka dan
hening untuk menyadari diri, menemukan diri dan membedakan roh baik dan roh
buruk dengan gejolak-gejolak yang aku rasakan.
Keramahan
para frater di sana membuat aku semakin kerasan di sana. Namun aku sadari tidak
jarang di sana aku merasakan kerinduan untuk segera ke Wonogiri atau pulang ke
seminari. Entah mengapa perasaan itu muncul saat akhir-akhir live in, dan
perasaan itu membuat hatiku tidak sepenuhnya berada di sana. Tetapi pada
umumnya, aku merasa senang dapat live in
di sana karena aku dapat menemukan lebih banyak keutamaan-keutamaan yang selama
ini aku cari, terlebih lagi aku dapat
bertemu dengan Tuhan melalui keheningan. Satu hal yang membuat aku kecewa
adalah aku dan teman-teman tidak dapat bertemu dengan Rm. Sardi SJ. Kata orang,
beliau adalah romo yang membimbing
tentang spiritualitas Ignatian dan Jesuit, maka dari itu aku ingin bimbingan
rohani dan sharing bersama dengan beliau agar aku semakin semangat. Jika
dirangkum, pengalaman live in di
Novisiat Girisonta ini cukup membuatku senang dan mantab. Tidak sedikit
pengalaman dan buah yang aku dapatkan di sana. Aku bermimpi kelak jika aku
diterima di Novisiat aku berharap dan berdoa agar aku bisa merasa kerasan,
semangat, teguh, mau dan mampu dalam
berjuang menjalani panggilan ini.
Seusai
live in, sesegera mungkin aku mencari
bis di pinggir jalan untuk ke Wonogiri. Hal yang sangat mengesan bagiku saat
mencari bis adalah, ayahnya Yose bersama teman-teman menunggu aku sampai aku
mendapatkan bis. Sungguh mereka sangat baik kepadaku, dan dari situ aku belajar
untuk murah hati dalam menolong ataupun membantu orang lain. Akhirnya aku
sampai di rumah, tiba di rumah sudah malam dan kebetulan saat itu sedang ada
ibadat Adven Blok Ngluweng di rumahku. Saat aku tiba di rumah, ibu dan nenek
menyambutku dengan penuh cinta. Mereka mencium pipiku dengan perasaan gembira.
Dari momen itu, aku merasa cinta mereka kepadaku tidak seperti yang aku
pikirkan, lebih dari itu mereka sangat mencintai, memiliki dan menyayangiku.
Aku menjadi ingat dengan anak-anak jalanan di luar sana yang tidak dapat
merasakan kebahagiaan dan pengalaman sepertiku saat ini. Kemudian aku mengikuti
ibadat tersebut juga dengan senang hati. Hari pertama aku lalui dengan gembira.
Hari-hari
sebelum Natal, aku gunakan waktuku bersama keluarga, karena aku ingin liburan
kali ini sebagian besar waktuku bersama keluarga. Namun aku juga banyak membaur
dan membantu OMK dan SMA di parokiku. Kebetulan saat itu, malam natal OMK
mengadakan teater tentang kisah kelahiran Tuhan Yesus, aku diminta dan dipercaya untuk mengisi suara (back
sound) musik pada teater itu. Aku merasa senang mendapatkan kepercayaan dan
tugas suci itu, akhirnya aku laksanakan dengan senang hati. Latihan dan
persiapan yang tidak singkat di lakukan, aku terus berusaha agar dapat
memberikan yang terbaik untuk OMK, parokiku, dan terlebih untuk Tuhan. Selain
itu guruku Ibu Endang (guru BK sewaktu SMA) memintaku untuk membantu Kor
lingkungan Longsoran malam natal itu, dengan senang hati pula aku menyanggupi
permintaan itu. Selain itu beliau juga memintaku untuk membantu mengiringai
tugas Kor SMA, natal pagi itu. Perasaan yang muncul adalah rasa senang, aku
senang apabila ada orang yang mempercayaiku, menganggapku, mencintaiku dan
menyayangiku. Satu hal yang membuatku kecewa saat liburan natal kali ini, yaitu
aku tidak dapat mengikuti misa malam natal dan natal pagi duduk bersama ibu.
Tetapi aku tetap berharap di lain kesempatan, aku dapat mengikuti misa duduk
bersama ibu, nenek dan kakekku.
Liburan
ke Bali hanya pindah tidur
Pada tanggal 26 Desember
2011, aku diajak oleh romo parokiku untuk berlibur ke Bali sampai tanggal 30
Desember 2011. Meskipun kondisiku saat itu kurang fit, namun aku “nekat,”
harapanku di dalam liburan itu aku dapat lebih dekat dalam berrelasi dengan
romo parokiku, ngobrol-ngobrol, tanya-tanya tentang solisitasi, kehidupan di
Mertoyudan dan formatio di Serikat Jesus pada zaman dulu sampai sekarang.
Badanku terasa panas dingin, namun karena semangat, aku tidak mempedulikan itu.
Akhirnya aku ikut naik mobil pastoran berlima orang. Liburan di Bali ternyata
tidak seperti yang aku bayangkan. Di sana aku sakit cacar air, dan terpaksa aku harus istirahat dan jaga rumah. Sungguh
pengalaman ini adalah pengalaman yang memalukan, namun aku tetap bersyukur dapat
pergi ke Bali, paling tidak aku dapat merasakan suasana di Bali, hiruk pikuk di
sana, naik kapal Ferry, dan membeli oleh-oleh di sana. Selain itu aku tetap
merasa senang dapat pergi bersama romo parokiku, kesempatan ini adalah
kesempatan pertamaku pergi bersama romo
parokiku yang cukup menyenangkan.
Tahun
baru semangat dan hidup yang baru
Akhirnya
Tahun Baru pun tiba, dan di tahun yang baru ini aku mempunyai harapan dan
impian yang baru. Aku ingin memperbaharui hidupku yang selama satu semester ini
sudah “bobrok.” Kali ini aku berusaha untuk lebih serius dengan panggilan ini
dan lebih sungguh-sungguh dalam belajar. Banyak orang yang mendukungku baik
melalui perkataan maupun melalui SMS. Mereka mendukung dan menyemangatiku agar
aku tetap berjalan untuk mewujudkan cita-citaku. Tahun baru kali ini bagiku
cukup menyenangkan, bersama dengan keluarga. Akhirnya pada tanggal 4 Januari 2012 aku
kembali ke rumah. Dengan perasaan sedih dan haru aku harus meninggalkan orang
tua dan orang-orang yang aku sayangi. Dan aku harus memulai kehidupan yang
baru, semangat baru dan niat yang baru.
Refleksi
Melalui
pengalaman liburan kali ini aku belajar untuk rela meninggalkan orang-orang
yang sangat aku sayangi selama ini demi mengikut Tuhan. Walaupun berat namun
inilah resiko yang harus aku jalani. Walaupun berat, namun aku percaya bahwa
Tuhan akan memberikan aku berkat dan rahmat serta “sesuatu” yang lebih dari yang selama ini aku inginkan karena Tuhan
mahabaik dan mahapengasih.
-AMDG-
No comments:
Post a Comment