Sunday, September 8, 2019

Tulisan Refleksi Liburan Natal dan Tahun Baru


aku juga harus baru…
Refleksi Libur Natal Dan Tahun Baru 2012

Oleh : Paulus Eko Harsanto (PRABU/4)

    N
atal dan Tahun Baru kali ini adalah “sesuatu” yang sangat menyenangkan bagiku. Saat itulah  kesempatan untuk menikmati liburan dengan berkunjung keluarga dan kesempatan live in di Novisiat Girisonta. Berhari-hari kesempatan ini aku tunggu, karena sudah sekian lama aku merasakan rindu dengan orang tua. Karena terakhir kali aku bertemu dengan mereka adalah saat libur lebaran kemarin dan selama ini mereka tidak pernah mengunjungiku di seminari.
            Libur kali  ini aku awali dengan live in di Novisiat Girisonta bersama keempat temanku dengan harapan, panggilanku semakin mantab. Selama tiga hari dua malam, aku menjalani live in di Novisiat Girisonta. Pertama kali masuk novisiat, hatiku sudah merasa gelisah dan was-was, karena menurut teman-teman, di sana itu bagaikan “neraka atau kawah candradimuka yang mengerikan.” Mereka juga bilang bahwa kehidupan di novisiat itu sangat berat dan membutuhkan perjuangan yang lebih. Karena itulah aku semakin tertantang dan penasaran apakah desas-desus itu benar. Kemudian aku memberanikan diriku untuk menjalani live in bersama teman-teman dan berbaur bersama dengan para novis. Tujuan awalku menjalani live in adalah untuk mencari pengalaman baru, untuk mengisi liburan Natal dan Tahun Baru, dan untuk mengenal tentang Serikat Jesus pada umumnya serta Novisiat pada khususnya. Namun di balik tujuan yang sederhana itu, Tuhan menawarkan nilai lebih untukku, yaitu Dia mengajaku untuk menjadi sahabat-Nya melalui Serikat Jesus. Perjumpaan, percakapan, dan kerja bersama dengan para novis serta pendampingan oleh para formator cukup membantuku untuk mencapai tujuan itu. Hari pertama, aku masih merasa asing dan kurang nyaman dengan suasana keheningan. Karena selama di Seminari, suasana  di Seminari lebih banyak ramai dan sedikit waktu untuk hening/menep. Namun dengan suasana demikian, secara tidak sadar aku akan terbiasa untuk menjadi manusia hening dan fokus. Misalnya di sana ada latihan penyadaran, latihan indra penciuman dengan merasakan bau-bau di sekitar, dan latihan pendengaran. Aku belajar dan berusaha untuk lebih peka dan hening untuk menyadari diri, menemukan diri dan membedakan roh baik dan roh buruk dengan gejolak-gejolak yang aku rasakan.
            Keramahan para frater di sana membuat aku semakin kerasan di sana. Namun aku sadari tidak jarang di sana aku merasakan kerinduan untuk segera ke Wonogiri atau pulang ke seminari. Entah mengapa perasaan itu muncul saat akhir-akhir live in, dan perasaan itu membuat hatiku tidak sepenuhnya berada di sana. Tetapi pada umumnya, aku merasa senang dapat live in di sana karena aku dapat menemukan lebih banyak keutamaan-keutamaan yang selama ini aku cari, terlebih  lagi aku dapat bertemu dengan Tuhan melalui keheningan. Satu hal yang membuat aku kecewa adalah aku dan teman-teman tidak dapat bertemu dengan Rm. Sardi SJ. Kata orang, beliau adalah romo  yang membimbing tentang spiritualitas Ignatian dan Jesuit, maka dari itu aku ingin bimbingan rohani dan sharing bersama dengan beliau agar aku semakin semangat. Jika dirangkum, pengalaman live in di Novisiat Girisonta ini cukup membuatku senang dan mantab. Tidak sedikit pengalaman dan buah yang aku dapatkan di sana. Aku bermimpi kelak jika aku diterima di Novisiat aku berharap dan berdoa agar aku bisa merasa kerasan, semangat, teguh, mau dan mampu  dalam berjuang menjalani panggilan ini.
            Seusai live in, sesegera mungkin aku mencari bis di pinggir jalan untuk ke Wonogiri. Hal yang sangat mengesan bagiku saat mencari bis adalah, ayahnya Yose bersama teman-teman menunggu aku sampai aku mendapatkan bis. Sungguh mereka sangat baik kepadaku, dan dari situ aku belajar untuk murah hati dalam menolong ataupun membantu orang lain. Akhirnya aku sampai di rumah, tiba di rumah sudah malam dan kebetulan saat itu sedang ada ibadat Adven Blok Ngluweng di rumahku. Saat aku tiba di rumah, ibu dan nenek menyambutku dengan penuh cinta. Mereka mencium pipiku dengan perasaan gembira. Dari momen itu, aku merasa cinta mereka kepadaku tidak seperti yang aku pikirkan, lebih dari itu mereka sangat mencintai, memiliki dan menyayangiku. Aku menjadi ingat dengan anak-anak jalanan di luar sana yang tidak dapat merasakan kebahagiaan dan pengalaman sepertiku saat ini. Kemudian aku mengikuti ibadat tersebut juga dengan senang hati. Hari pertama  aku lalui dengan gembira.
            Hari-hari sebelum Natal, aku gunakan waktuku bersama keluarga, karena aku ingin liburan kali ini sebagian besar waktuku bersama keluarga. Namun aku juga banyak membaur dan membantu OMK dan SMA di parokiku. Kebetulan saat itu, malam natal OMK mengadakan teater tentang kisah kelahiran Tuhan Yesus, aku diminta  dan dipercaya untuk mengisi suara (back sound) musik pada teater itu. Aku merasa senang mendapatkan kepercayaan dan tugas suci itu, akhirnya aku laksanakan dengan senang hati. Latihan dan persiapan yang tidak singkat di lakukan, aku terus berusaha agar dapat memberikan yang terbaik untuk OMK, parokiku, dan terlebih untuk Tuhan. Selain itu guruku Ibu Endang (guru BK sewaktu SMA) memintaku untuk membantu Kor lingkungan Longsoran malam natal itu, dengan senang hati pula aku menyanggupi permintaan itu. Selain itu beliau juga memintaku untuk membantu mengiringai tugas Kor SMA, natal pagi itu. Perasaan yang muncul adalah rasa senang, aku senang apabila ada orang yang mempercayaiku, menganggapku, mencintaiku dan menyayangiku. Satu hal yang membuatku kecewa saat liburan natal kali ini, yaitu aku tidak dapat mengikuti misa malam natal dan natal pagi duduk bersama ibu. Tetapi aku tetap berharap di lain kesempatan, aku dapat mengikuti misa duduk bersama ibu, nenek dan kakekku.

Liburan ke Bali hanya pindah tidur
Pada tanggal 26 Desember 2011, aku diajak oleh romo parokiku untuk berlibur ke Bali sampai tanggal 30 Desember 2011. Meskipun kondisiku saat itu kurang fit, namun aku “nekat,” harapanku di dalam liburan itu aku dapat lebih dekat dalam berrelasi dengan romo parokiku, ngobrol-ngobrol, tanya-tanya tentang solisitasi, kehidupan di Mertoyudan dan formatio di Serikat Jesus pada zaman dulu sampai sekarang. Badanku terasa panas dingin, namun karena semangat, aku tidak mempedulikan itu. Akhirnya aku ikut naik mobil pastoran berlima orang. Liburan di Bali ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Di sana aku sakit cacar air, dan terpaksa aku harus istirahat dan jaga rumah. Sungguh pengalaman ini adalah pengalaman yang memalukan, namun aku tetap bersyukur dapat pergi ke Bali, paling tidak aku dapat merasakan suasana di Bali, hiruk pikuk di sana, naik kapal Ferry, dan membeli oleh-oleh di sana. Selain itu aku tetap merasa senang dapat pergi bersama romo parokiku, kesempatan ini adalah kesempatan pertamaku pergi bersama  romo parokiku yang cukup menyenangkan.

Tahun baru semangat dan hidup yang baru  
            Akhirnya Tahun Baru pun tiba, dan di tahun yang baru ini aku mempunyai harapan dan impian yang baru. Aku ingin memperbaharui hidupku yang selama satu semester ini sudah “bobrok.” Kali ini aku berusaha untuk lebih serius dengan panggilan ini dan lebih sungguh-sungguh dalam belajar. Banyak orang yang mendukungku baik melalui perkataan maupun melalui SMS. Mereka mendukung dan menyemangatiku agar aku tetap berjalan untuk mewujudkan cita-citaku. Tahun baru kali ini bagiku cukup menyenangkan, bersama dengan keluarga.  Akhirnya pada tanggal 4 Januari 2012 aku kembali ke rumah. Dengan perasaan sedih dan haru aku harus meninggalkan orang tua dan orang-orang yang aku sayangi. Dan aku harus memulai kehidupan yang baru, semangat baru dan niat yang baru.
           
Refleksi
            Melalui pengalaman liburan kali ini aku belajar untuk rela meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi selama ini demi mengikut Tuhan. Walaupun berat namun inilah resiko yang harus aku jalani. Walaupun berat, namun aku percaya bahwa Tuhan akan memberikan aku berkat dan rahmat serta “sesuatu” yang lebih dari yang selama ini aku inginkan karena Tuhan mahabaik dan mahapengasih.
-AMDG-

No comments:

Post a Comment

Cerpen - Caraka

  CARAKA Oleh : Paulus Eko Harsanto   Hana caraka, data sawala Padha jayanya, maga bathanga *** Engkau percaya dengan berbagai b...