I know
it is Imposible,
but I Would LikeTo Go Up There
…ketika cinta
mengalahkan dunia…
Oleh :
Paulus Eko Harsanto
Pergulatanku
sayang pergulatanku malang
Suatu
ketika dalam kontemplasiku aku duduk merenung di sebuah kapal[1]
sendirian. Di situ aku merasakan pergulatan yang hebat yang mengusik
ketenanganku.
“He eko, atase kowe sing seko ndeso, katrok,
kupeng, kuper, mlarat, lemot, bagus yo ora, elek, opo jhal sing biso mbok
wenehke ? koyo ngono ki arep dadi romo ? rak salah ? nyadar donk kamu tu ! doa
Aku Percaya aja waktu retret kamu ndak apal, pa lagi mau jadi imam, imam serikat
Jesus lagi, gak salah pilih tu ?”
“Ya Allah, bukan kehendakku melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi, dhuh Gusti, punapa Panjenengan boten klentu
anggenipun nimbali tiyang ? Ing njawi punika kathah tiyang ingkang mumpuni,
pinter, sugih lan sae, lah kenging punapa kula ingkang Panjenengan timbali ?” kataku
dalam hati berusaha untuk bertahan.
“He
orang gilak, imam itu gak sembarangan lho, kamu tu gak pantes deh ! kamu tu
apa, tau diri donk ! wong, bahasa Inggris
aja kamu gak bisa-bisa alias remidi terus, PKS dan KSPB kamu gak donk-donk,
bahasa Latin apalagi ! dah mundur aja loe, gak pantes loe di sini, apalagi mau
solisitasi, trus mau jadi romo, mau jadi pemimpin, sinting loe ! mau dimakan
harimao ?” Terserah loe deh, Edan !” suara itu
datang lagi.
“Brengsek,
ra usah ngganggu !” berontak hatiku, “Tuhan Yesus,
berilah aku kekuatan, mampukanlah aku Tuhan, berilah aku rahmat dan
singkirkanlah roh jahat yang berusaha mematahkan semangatku.” ketika
suasana sunyi senyap, lalu aku memandang Tuhan, Dia tersenyum sambil berkata,
“Sabar
eko, tabah dan percayalah semua akan
indah pada waktunya, dan Aku tak akan meninggalkanmu sendirian, percayalah Aku
mempunyai rencana indah untukmu !”
Pergulatan ini
datang dan pergi menggangguku yang sering mematahkan semangatku untuk melangkah
maju. Pergulatan ini datang dan pergi menggangguku yang sering mematahkan
semangatku untuk melangkah maju. Dan inilah peperangan dan pertempuran
habis-habisan yang sesungguhnya, di mana aku menunggangi kudaku melawan musuh.
Inilah
si pendatang baru
Malam yang kelam
dan sunyi menemaniku menggoreskan tinta untuk menuliskan refleksiku tentang
kisah yang telah aku rangkai selama setahun di sini. Di Mertoyudan tepatnya
yang telah menjadi saksi bisu akan peristiwa konyol yang aku alami bersama
pasukan seperjuangan Kavcom[2].
Aku masih ingat akan peristiwa bersejarah 16 Juli 2011 lalu, hari itu aku
melepas kegembiraan, kekeluargaan dan kebersamaanku dengan ibu untuk melangkahkan
kakiku di Mertoyudan ini demi menjawab Tuhan yang memanggilku. Dengan perasaan
yang bercampur aduk menjadi teman dalam ber-formatio
di seminari ini, mulai harus lepas dari orang tua, lepas dengan teman - teman
seperjuangan USA[3],
sahabat –sahabatku (si kriwil, simbok, cenil, sesepuh, dan bocil) yang siap untuk menuangkan manis pahit
pengalaman yang aku alami, ya… ibarat lebah dan madu yang sulit
dipisahkan.
Namanya
manusia yang tak sempurna, tak jarang aku merasa bimbang, ragu akan panggilan
mulia dan salib ini, sempat aku cemas akan masa depanku yang semu-semu tak
pasti dan hidup yang suram-suram tak jelas kadang kala tak tenang laksana ombak di laut yang terombang
ambing oleh angin. Hidup di seminari ada kalanya menyenangkan ada pula kalanya merasakan
ketidakpastian, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tujuan hidup seperti antara
ada dan tiada, hanya percaya dan yakin akan kasih-Nyalah yang menjadi
kekuatanku hingga aku berani untuk bertahan menjawab panggilan-Nya. ....so cos everything gona be oke ! aku
ingin melangkah pasti.
I know it is imposible, but I would
like to go up there
Although it is imposible, but I would
like to go up there
Aku akui bahwa
aku bukanlah anak yang lahir dari golongan konglomerat yang dapat menraktir
teman-teman setiap ambulasi hari Rabu. Aku juga bukan golongan anak asuh Pak
Albert Einstein yang mempunyai otak yang cemerlang dan dapat menciptakan
sesuatu yang spektakuler. Bukan juga keturunan kraton, yang selalu bersikap
lemah lembut sopan santun dalam bertindak. Buka pula anak yang suci tanpa dosa.
Aku hanyalah pendosa, hanyalah anak “ndeso” yang lahir dari keluarga sederhana
di daerah terpencil yang merasa terpanggil, tertantang menjadi imam dan merasa kasihan
melihat Tuhan menderita memikul salib ke Golgota dan aku ingin menemani-Nya. Aku
ingat akan kata-kata pak Einstein yang ditulisnya, ”semangat dan kerja keras akan menghancurkan kelemahan dan
ketidakberdayaan manusia,” kata-kata itulah yang kemudian menjadi
motivasiku untuk tetap semangat dan kerja keras dalam berperang.
Sekali
berperang tetap berperang
Berformasi
selama kurang lebih 1 tahun di Medan Utama bersama angkatan Kavaleri, menurutku
cukup menyenangkan, cara pandangku yang kuno serta tak bermutu diubah dan cukup
nyaman untukku berkembang, walaupun terkadang aku merasa bosan dan sakit hati.
Suka dan duka aku alami di sini, seperti perjalanan ke puncak gunung naik
turun, berkelak-kelok, landai, terjal, lurus dan kembali naik yang penuh
sensasi. Jatuh dan bangun telah menjadi pengalamanku, munafik jika aku
mengatakan bahwa pertempuran ini baik-baik saja mulus tanpa hambatan karena
wajarlah aku juga manusia biasa yang tak sempurna dan masih belajar. Namun
bagiku, itu adalah pengalaman yang wajar yang harus aku alami. Kok bisa? karena
kedewasaan hati dan pikiran manusia akan terbentuk dari pengalaman-pengalaman
pahit yang sama sekali tidak menyenangkan.
Suka dan duka itulah yang membuat aku dapat memaknai hidupku dan membuat
hidupku menjadi sangat berwarna.
Aku bersyukur
karena Tuhan telah menyemangatiku, menghiburku dan menjadi formator sejati
selama aku menjalani formatio di
Seminari Mertoyudan ini, bersama teman-teman aku berkembang, yang dulunya
kupeng (kurang pengetahuan), culun banget,
lugu, tertutup, kini menjadi pribadi yang lumayanlah. Aku sadar bahwa
untuk menjadi baik itu memang tidaklah
mudah, dan membutuhkan perjuangan. Aku sadar bahwa tangan Tuhan sedang merenda
dan merajut hidupku agar aku menjadi orang yang tangguh (tidak cengeng),
mandiri, berani, loyal, dinamis dan total. Aku berharap setiap detik, setiap
menit, setiap kesempatan, setiap tetes keringat dan setiap nafasku berarti
bagiku dan bagi sesamaku terlebih bagi Tuhan.
Ingatlah aku
kawan makhluk hidup yang gemar mencuci (Eko Laundry), ingatlah akan kebersamaan
kita yang menyenangkan ini, jika suatu saat nanti kita telah manjadi sukses
masing-masing. Keep spirit, kita berjuang melawan musuh perang kita dan
menangkanlah peperangan itu untuk kita berikan kepada sang raja yaitu Kristus.
Ambilah ya Tuhan dan terimalah seluruh
kemerdekaanku,
Ingatanku,
pikiranku dan kehendakku, segala kepunyaan dan miliku.
Engkaulah yang
memberikan kepadaMu Tuhan kukembalikan.
Semuanya
milikMu, pergunakanlah sekehendakMu.
Berilah aku
cinta dan rahmatMu, cukup sudah itu bagiku. Amin
(Doa St.
Ignatius Loyola)
Berjuang dan Menang
Mertoyudan, 1 Februari 2012
[1] Kapel Paulus
[2] Kavaleri Community
[3] United Science of Academy (nama kelasku XII IPA sewaktu aku SMA
dulu)
[4] Masak, aku menjadi anak yang cengeng? Itu bukan Eko namanya
No comments:
Post a Comment