Monday, May 25, 2020

Resensi Buku - 99 Cara Untuk Makin Bahagia Setiap Hari


Secercah Matahari Ketika Mendung
Oleh : Paulus Eko Harsanto

Judul buku                  : 99 Cara untuk Makin Bahagia Setiap Hari
Pengarang                   : Terry Hampton dan Ronnie Harper
Jumlah halaman          : 225 halaman
Penerbit                       : Kanisius
Tahun terbit                 : 2004

“I can” vs  “IQ” (Saya Bisa Versus Intelegensi)

        Suatu ketika Henry Ford pernah mengatakan bahwa entah kita berpikir bahwa apa yang kita pikir dapat kita lakukan atau apa yang kita pikir tidak dapat kita lakukan, keduannya adalah benar. Sikap kita lebih penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ kita. Semuannya  berujung pada mentalitas “I can” (saya bisa) versus mentalitas “IQ” (kemampuan intelegensi).
Ada begitu bayak orang yang tidak mauberusaha dalam hidup ini, yakni orang-orang berbakat yang tidak melakukan apa-apa selain duduk-duduk di rumah sambil menghabiskan waktu di depan layar televisi. Ronnie menceritakan sebuah kisah tentang seorang mantan muridnya.  
“Dulu Ronnie mempunyai seorang siswa yang intelegensinya (IQ) di atas rata-rata. Ia tahu banyak kosa kata dan paham arti dari hampir setiap kata. Ia memiliki kemampuan untuk menjadi seseorang yang diinginkannya. Akan tetapi, ia mengidap sebuah persoalan serius (selain sombong), yakni ia kurang mempunyai disiplin diri untuk bangun pada waktunya dan berangkat ke sekolah. Ia berjaga hingga larut tiap malam, menonton televisi atau bermain dengan komputernya. Ia ketinggalan banyak pelajaran yang sialnya tidak mungkin lagi terkejar, dan akhirnya ia keluar. Ia menyia-nyiakan kemampuan intelektual dan bakat-bakat yang telah dianugerahkan kepadanya. Ia mungkin bisa menyembuhkan penyakit kanker atau AIDS. Dengan kemampuannya itu, ia bisa saja menjadi William Shakespeare atau Ernest Hemingaaway yang lain.
Di sisi lain, ada juga orang-orang yang berusaha keras, yakni sekalangan orang yang memiliki IQ dan kemampuan rata-rata yang bisa menjadi dokter, ilmuwan, dan pengusaha. Salah seorang pengajar musik terbaik yang pernah  Ronnie jumpai tidak dapat memainkan piano “sebagaimana para guru musik lainnya”. Ia selalu menceritakan kisah tahun terakhirnya di perguruan tinggi dan ujian akhir pianonya. Setelah ia menempuh ujian akhir piano di depan pengujinya, sang penguji berujar, “Saya akan meluluskan kamu dengan satu syarat : kamu harus berjanji kepada saya bahwa kamu tidak akan pernah meminta bayaran untuk kursus-kursus piano yang kamu adakan.“ Karena khawatir tidak bisa lulus, maka ia menyetujui janji itu dan melanjutkan mengajar pelajaran music di beberapa sekolah umum.
Hingga saat ini ia telah mengajar lebih dari 20 tahun dan kelompok kornya sudah begitu terkenal karena kemampuan mereka membaca not dengan cepat. Hal ini menggantikan kemampuannya yang sangat memprihatinkan dalam hal memainkan piano. Ia tidak dapat memainkan bagian-bagian sebagaimana para guru musik lain, sehingga para muridnya harus mampu membaca not musik dan tetap dalam bidang tersebut. Kelompok kornya menempati nomor satu selama lebih dari 20 tahun dalam kompetisai musik di wilayah mereka. Mereka sudah tampil di pelbagai negara.
Ada yang mengatakan  bahwa talenta yang kita miliki ini adalah hutang kita kepada diri kita dan orang yang ada di sekitar kita untuk memberikan yang terbaik dari yang telah dianugerahkan kepada kita .

Mengakui keterbatasan diri dan tetap melanjutkan hidup ini

Kita tahu bahwa kita tidak semua sama. Kita dianugerahi bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Demikian pula, kita memiliki perbedaan dalam hal kelemahan dan keterbatasan. Seharusnya, kita tidak membuat diri kita tidak bahagia karena kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain di sekitar kita dan berharap kita dapat menjadi seperti mereka. Menemukan diri kita yang sejati dan mencari tahu apa yang seharusnya kita lakukan dalam hidup ini, tanpa terus menerus membandingkan diri dengan orang lain, merupakan tantangan yang cukup besar untuk meraih kebahagiaan.      
      Kebanyakan dari kita tidak akan pernah menjadi seorang yang sangat istimewa. Kita barangkali berkeinginan menjadi seorang  bintang model  tetapi jika kita tidak langsing atau kekar dan tidak memiliki kecantikan atau ketampanan yang lain daripada yang lain, hal itu tidak  akan terjadi. Akan tetapi, itu itu tidak berarti bahwa kita kurang penting daripada yang lain, dan tidak berarti juga bahwa kita tidak boleh menikmati gaya para bintang model di atas panggung, di layar kaca, atau di layar lebar. Hal itu berarti bahwa bila kita sungguh ingin menjadi terkenal, kita harus mencari cara lain untuk mewujudkannya.
      Kita mestinya tidak membenci diri kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan diri kita serta berfokus pada keterbatasan-keterbatasan kita. Sikap ini tentu saja tidak akan membantu kita menjadi seorang yang makin bahagia. Jika kita tidak suka pada beberapa kebiasaan kita dan cara kita berperilaku, maka kita mesti berperilaku untuk mengubahnya. Akan tetapi, ada beberapa hal dalam diri kita yang memang tidak dapat dimodifikasi, maka hendaknya kita menerima  hal yang tidak dapat kita ubah.
      Yang perlu kita katakan adalah , “Saya sadar bahwa saya tidak akan pernah menjadi Einstein yang lain, namun saya juga memiliki otak dan saya akan menggunakan kemampuan yang saya miliki sebaik mungkin.” Hal terbaik yang dapat kita perbuat adalah bertanya pada diri kita sendiri. Pusatkan perhatian pada hal – hal yang bisa kita perbuat, kemudian melakukannya dengan baik. Dan kita hanya perlu belajar bagaimana menerapkannya dalam hidup kita.  

Refleksi :
Melalui buku ini, saya semakin dimampukan untuk berpikir secara lebih dewasa dan mengerti hal-hal yang semestinya saya lakukan dalam menghadapi hidup ini. Meskipun saya belum melahap seluruh isi buku ini, namun saya telah memetik banyak hal untuk bekal hidup saya. Ada beberapa hal yang dapat saya lakukan untuk saat ini, yaitu : Sikap kita lebih penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ kita Sikap kita lebih penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ kita, kita mestinya tidak membenci diri kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan diri kita serta berfokus pada keterbatasan-keterbatasan kita Kita mestinya tidak membenci diri kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan diri kita serta berfokus pada keterbatasan-keterbatasan kita. Dengan ini bertambahlah input dalam diri saya untuk bekal masa depan yang lebih menantang.
-Push  Your  Self  to  the  Limit-

No comments:

Post a Comment

Cerpen - Caraka

  CARAKA Oleh : Paulus Eko Harsanto   Hana caraka, data sawala Padha jayanya, maga bathanga *** Engkau percaya dengan berbagai b...