Secercah Matahari Ketika Mendung
Oleh
: Paulus Eko Harsanto
Judul buku : 99 Cara untuk Makin Bahagia Setiap Hari
Pengarang : Terry Hampton dan Ronnie
Harper
Jumlah
halaman : 225 halaman
Penerbit : Kanisius
Tahun
terbit : 2004
“I can” vs “IQ” (Saya Bisa Versus Intelegensi)
Suatu ketika Henry Ford pernah mengatakan bahwa entah kita
berpikir bahwa apa yang kita pikir dapat kita lakukan atau apa yang kita pikir
tidak dapat kita lakukan, keduannya adalah benar. Sikap kita lebih penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ
kita. Semuannya berujung pada
mentalitas “I can” (saya bisa) versus mentalitas “IQ” (kemampuan intelegensi).
Ada begitu bayak orang yang tidak
mauberusaha dalam hidup ini, yakni orang-orang berbakat yang tidak melakukan
apa-apa selain duduk-duduk di rumah sambil menghabiskan waktu di depan layar
televisi. Ronnie menceritakan sebuah kisah tentang seorang mantan muridnya.
“Dulu
Ronnie mempunyai seorang siswa yang intelegensinya (IQ) di atas rata-rata. Ia
tahu banyak kosa kata dan paham arti dari hampir setiap kata. Ia memiliki
kemampuan untuk menjadi seseorang yang diinginkannya. Akan tetapi, ia mengidap
sebuah persoalan serius (selain sombong), yakni ia kurang mempunyai disiplin
diri untuk bangun pada waktunya dan berangkat ke sekolah. Ia berjaga hingga
larut tiap malam, menonton televisi atau bermain dengan komputernya. Ia
ketinggalan banyak pelajaran yang sialnya tidak mungkin lagi terkejar, dan
akhirnya ia keluar. Ia menyia-nyiakan kemampuan intelektual dan bakat-bakat
yang telah dianugerahkan kepadanya. Ia mungkin bisa menyembuhkan penyakit
kanker atau AIDS. Dengan kemampuannya itu, ia bisa saja menjadi William Shakespeare
atau Ernest Hemingaaway yang lain.
Di sisi lain, ada juga orang-orang yang
berusaha keras, yakni sekalangan orang yang memiliki IQ dan kemampuan rata-rata
yang bisa menjadi dokter, ilmuwan, dan pengusaha. Salah seorang pengajar musik
terbaik yang pernah Ronnie jumpai tidak
dapat memainkan piano “sebagaimana para guru musik lainnya”. Ia selalu
menceritakan kisah tahun terakhirnya di perguruan tinggi dan ujian akhir
pianonya. Setelah ia menempuh ujian akhir piano di depan pengujinya, sang
penguji berujar, “Saya akan meluluskan kamu dengan satu syarat : kamu harus
berjanji kepada saya bahwa kamu tidak akan pernah meminta bayaran untuk kursus-kursus
piano yang kamu adakan.“ Karena khawatir tidak bisa lulus, maka ia menyetujui
janji itu dan melanjutkan mengajar pelajaran music di beberapa sekolah umum.
Hingga saat ini ia telah mengajar lebih
dari 20 tahun dan kelompok kornya sudah begitu terkenal karena kemampuan mereka
membaca not dengan cepat. Hal ini menggantikan kemampuannya yang sangat memprihatinkan
dalam hal memainkan piano. Ia tidak dapat memainkan bagian-bagian sebagaimana
para guru musik lain, sehingga para muridnya harus mampu membaca not musik dan
tetap dalam bidang tersebut. Kelompok kornya menempati nomor satu selama lebih
dari 20 tahun dalam kompetisai musik di wilayah mereka. Mereka sudah tampil di
pelbagai negara.
Ada yang mengatakan bahwa talenta yang kita miliki ini adalah
hutang kita kepada diri kita dan orang yang ada di sekitar kita untuk
memberikan yang terbaik dari yang telah dianugerahkan kepada kita .
Mengakui keterbatasan
diri dan tetap melanjutkan hidup ini
Kita tahu bahwa kita tidak semua sama.
Kita dianugerahi bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Demikian pula, kita memiliki
perbedaan dalam hal kelemahan dan keterbatasan. Seharusnya, kita tidak membuat
diri kita tidak bahagia karena kita selalu membandingkan diri kita dengan orang
lain di sekitar kita dan berharap kita dapat menjadi seperti mereka. Menemukan
diri kita yang sejati dan mencari tahu apa yang seharusnya kita lakukan dalam
hidup ini, tanpa terus menerus membandingkan diri dengan orang lain, merupakan
tantangan yang cukup besar untuk meraih kebahagiaan.
Kebanyakan
dari kita tidak akan pernah menjadi seorang yang sangat istimewa. Kita
barangkali berkeinginan menjadi seorang
bintang model tetapi jika kita
tidak langsing atau kekar dan tidak memiliki kecantikan atau ketampanan yang
lain daripada yang lain, hal itu tidak akan
terjadi. Akan tetapi, itu itu tidak berarti bahwa kita kurang penting daripada
yang lain, dan tidak berarti juga bahwa kita tidak boleh menikmati gaya para
bintang model di atas panggung, di layar kaca, atau di layar lebar. Hal itu
berarti bahwa bila kita sungguh ingin menjadi terkenal, kita harus mencari cara
lain untuk mewujudkannya.
Kita
mestinya tidak membenci diri kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan
diri kita serta berfokus pada keterbatasan-keterbatasan kita. Sikap ini tentu
saja tidak akan membantu kita menjadi seorang yang makin bahagia. Jika kita
tidak suka pada beberapa kebiasaan kita dan cara kita berperilaku, maka kita
mesti berperilaku untuk mengubahnya. Akan tetapi, ada beberapa hal dalam diri
kita yang memang tidak dapat dimodifikasi, maka hendaknya kita menerima hal yang tidak dapat kita ubah.
Yang
perlu kita katakan adalah , “Saya sadar bahwa saya tidak akan pernah menjadi
Einstein yang lain, namun saya juga memiliki otak dan saya akan menggunakan
kemampuan yang saya miliki sebaik mungkin.” Hal terbaik yang dapat kita perbuat
adalah bertanya pada diri kita sendiri. Pusatkan perhatian pada hal – hal yang
bisa kita perbuat, kemudian melakukannya dengan baik. Dan kita hanya perlu
belajar bagaimana menerapkannya dalam hidup kita.
Refleksi :
Melalui buku
ini, saya semakin dimampukan untuk berpikir secara lebih dewasa dan mengerti
hal-hal yang semestinya saya lakukan dalam menghadapi hidup ini. Meskipun saya
belum melahap seluruh isi buku ini, namun saya telah memetik banyak hal untuk
bekal hidup saya. Ada beberapa hal yang dapat saya lakukan untuk saat ini,
yaitu : Sikap kita lebih
penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ kita Sikap kita lebih
penting daripada tingkat kemampuan berpikir atau IQ kita, kita mestinya tidak
membenci diri kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan diri kita serta
berfokus pada keterbatasan-keterbatasan kita Kita mestinya tidak membenci diri
kita dan berkutat dengan perasaan menyesal akan diri kita serta berfokus pada
keterbatasan-keterbatasan kita. Dengan ini bertambahlah input dalam diri saya untuk bekal masa depan yang lebih menantang.
-Push Your Self
to the Limit-
No comments:
Post a Comment